Seorang tewas dan 26 lainnya terluka akibat serangan udara besar-besaran dari Rusia ke hampir seluruh wilayah Kyiv, ibu kota Ukraina, menurut laporan resmi.

Pada Jumat pagi, asap tebal dan berbau menyengat masih menyelimuti Kyiv setelah malam yang dipenuhi suara tembakan pertahanan udara, dengungan drone, dan ledakan besar. Ukraina mengatakan bahwa Rusia menembakkan 539 drone dan 11 rudal, jumlah tertinggi sejauh ini.

Serangan ini terjadi hanya beberapa jam setelah percakapan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Setelahnya, Trump menyatakan kekecewaannya karena Putin tidak menunjukkan niat untuk mengakhiri perang di Ukraina.

Moskow menyatakan bahwa perang akan terus berlanjut selama tujuan mereka belum tercapai.

Menurut angkatan udara Ukraina, 72 dari 539 drone berhasil menembus pertahanan—lebih banyak dari rekor sebelumnya, yaitu 537 drone, yang terjadi pada Sabtu malam lalu.

Sirene serangan udara berbunyi selama lebih dari delapan jam. Serangan ini menyasar Kyiv sebagai target utama, kata angkatan udara lewat Telegram.

Video yang beredar di media sosial menunjukkan petugas pemadam kebakaran berjuang memadamkan api setelah serangan malam dari Rusia.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menyebut serangan ini sebagai salah satu yang paling terang-terangan dan kejam selama perang berlangsung. Ia menggambarkan malam itu sebagai malam yang keras dan tanpa tidur.

Zelensky juga menyoroti bahwa serangan itu terjadi tepat setelah Putin berbicara dengan Trump, dan menyimpulkan bahwa "Rusia sekali lagi menunjukkan bahwa mereka tidak ingin mengakhiri perang."

Zelensky mendesak para sekutu internasional—terutama AS—untuk meningkatkan tekanan kepada Moskow dengan sanksi yang lebih berat.

Beberapa jam kemudian, Zelensky dan Trump berbicara lewat telepon membahas pengiriman senjata dari AS, yang menurut Zelensky adalah pembicaraan yang sangat penting dan menghasilkan kesepakatan.

Washington sebelumnya memutuskan menghentikan sebagian pengiriman senjata penting ke Ukraina, termasuk senjata untuk pertahanan udara.

Zelensky menyampaikan lewat media sosial X (dulu Twitter):

"Kami berbicara tentang peluang memperkuat pertahanan udara dan sepakat untuk bekerja sama melindungi langit Ukraina."

Ukraina memperingatkan bahwa penghentian pengiriman senjata ini bisa melemahkan pertahanan mereka terhadap serangan udara Rusia dan kemajuan pasukan Rusia di garis depan.

Pemerintah Ukraina mengatakan bahwa serangan malam itu merusak infrastruktur kereta api, serta membakar sekolah, bangunan, dan mobil-mobil di Kyiv. Konsulat Polandia juga dilaporkan terkena dampak.

Serangan juga terjadi di Sumy, Kharkiv, Dnipropetrovsk, dan Chernihiv. Seorang korban ditemukan meninggal di reruntuhan kawasan Svyatoshynsky, menurut pejabat militer Kyiv.

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa serangan besar itu adalah balasan terhadap "aksi teroris" dari pihak Ukraina.

Di sisi lain, seorang perempuan di wilayah Rostov, Rusia, tewas akibat serangan drone dari Ukraina ke sebuah desa dekat perbatasan, menurut gubernur setempat.

Peta serangan menunjukkan lima kota besar yang diserang: Kyiv, Chernihiv, Sumy, Kharkiv, dan Kryvyi Rih. Peta juga menunjukkan daerah Ukraina yang saat ini berada di bawah kendali militer Rusia, terutama di wilayah timur dan selatan.

Serangan ini adalah bagian dari gelombang serangan udara besar Rusia yang semakin intens dalam beberapa minggu terakhir, di tengah mandeknya pembicaraan gencatan senjata.

Perang Rusia-Ukraina telah berlangsung lebih dari tiga tahun, sejak invasi besar-besaran dimulai pada Februari 2022.

Trump menyatakan kekecewaannya setelah berbicara dengan Putin:

"Saya sangat kecewa dengan pembicaraan saya dengan Presiden Putin hari ini. Saya rasa dia tidak ingin menghentikan perang, dan itu sangat disayangkan."

Kremlin kembali menegaskan bahwa mereka akan terus menghilangkan "akar masalah" perang ini. Putin sebelumnya mengatakan bahwa ia ingin mengembalikan Ukraina ke pengaruh Rusia, dan bahkan menyatakan,

"Seluruh Ukraina adalah milik kami."

Menanggapi komentar Trump, juru bicara Putin, Dmitry Peskov, mengatakan kepada BBC:

"Selama tujuan Rusia belum bisa dicapai melalui jalur diplomatik dan politik, kami akan terus melanjutkan 'Operasi Militer Khusus'."

Sebelumnya, Trump pernah mengatakan bahwa AS terus memberi senjata kepada Ukraina, meski tidak secara penuh, dan menyalahkan mantan Presiden Joe Biden karena terlalu banyak mengirim senjata ke luar negeri, sehingga cadangan senjata AS menipis.

Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, mengatakan bahwa meskipun ia memahami kebutuhan AS untuk menjaga stok senjata mereka, ia berharap AS tetap fleksibel agar Ukraina mendapat perlindungan yang dibutuhkan.


Sementara itu, juru bicara pemerintah Jerman menyampaikan bahwa mereka sedang bernegosiasi dengan AS untuk membeli sistem pertahanan udara Patriot guna diberikan kepada Ukraina.